Seinfeld: Komedi dan Filosofi Tentang Bukan Apa-apa
Saya tidak pernah merasa memiliki bakat untuk menjadi seorang komedian atau pelawak. Saya bukan orang yang pandai melontarkan candaan atau gurauan. Tapi Seinfeld membuat saya berharap memiliki otak seorang komedian. Seseorang yang melihat apa pun, baik objek, subjek maupun fenomena sebagai bahan candaan, ejekan atau materi untuk membuat orang tertawa.
Seinfeld membuat saya berpikir semua hal dapat menjadi humor. Berdasarkan serial televisi 1990-an itu saya menerka kemampuan dasar seorang komedian terutama yang profesional adalah bersikap kritis terhadap apa pun, tidak mudah percaya, memiliki prinsip hidup tak tergoyahkan tanpa memikirkan pendapat orang lain dan mudah marah.
Saya baru sampai pertengahan musim kelima. Situasi komedi yang tayang sembilan musim itu salah satu acara televisi paling digemari di Amerika. Awalnya saya tidak tertarik. Saya lebih dulu menonton Comedians in Cars Getting Coffee yang dipandu Jerry Seinfeld. Karena saya menyukai kopi dan selalu tertarik dengan proses atau latar belakang produksi kesenian tidak terkecuali seni lawak atau komedi.
Saya menyukai Comedians in Cars Getting Coffee. Jerry Seinfeld membawa acara itu dengan caranya sendiri, ia sama sekali tidak peduli dengan "tata cara" seharusnya membawakan program televisi. Akhirnya saya pun terdorong menonton Seinfeld.
Saya langsung jatuh cinta di musim pertama. Karakter Jerry, Eleine, George dan Kramer begitu mirip sekaligus berbeda satu sama lain. Saya tidak pernah melihat situasi komedi yang sama sekali tidak memberikan pesan moral tersirat. Seinfeld sama sekali tidak ingin memberi pesan apa pun. Di setiap episodenya serial ini hanya menceritakan rasa frustasi para karakternya pada kehidupan sehari-hari.
Saya seorang pecandu situasi komedi Amerika. Sejak kecil saya selalu gemar menonton serial televisi. Waktu kuliah saya sangat menyukai serial kriminal seperti Criminal Minds, Law and Order, Castle, Bones dan lain-lain. Beberapa tahun terakhir saya menjadi pencadu situasi komedi. Saya sangat terobsesi dengan Park and Recreations, Superstore dan Modern Family.
Seinfeld memberi saya fondasi situasi komedi Amerika. Saya jadi mengetahui dari mana humor-humor situasi komedi Amerika dalam sepuluh tahun terakhir. Seinfeld begitu berpengaruh tidak hanya bagi perkembangan televisi dan komedi tapi juga filsafat.
William Irwin menulis persamaan Jerry Seinfeld baik tokoh fiksi maupun nyata dengan Socrates dalam buku Seinfeld and Philosophy A Book about everything and nothing. Bagi Irwin, Jerry dan Socrates sama-sama "rasio" bagi kelompoknya. Socrates bagi masyarakat Athena sementara Jerry bagi dunianya yang terdiri dari George, Eliene dan Kramer.
Jelas, tulis Irwin, tidak seperti Socrates yang hidup dengan jalan filsafatnya yang mengutamakan keadilan, kejujuran dan keterbukaan. Jerry merupakan tokoh yang egois, terobsesi pada hal-hal kecil dan mau menang sendiri. Tapi ia selalu mempertanyakan hal-hal kecil yang lumrah dalam stand-up komedinya. Seperti Socrates yang mengajak orang di pasar-pasar Athena memikirkan arti kehidupan.
"Jerry may not be the same kind of impetus to thought that Socrates was, but I would suggest that there is some similarity between the roles Socrates and Jerry played in their communities. Jerry, like Socrates, provokes his friends and his audience by bringing to mind subjects to which they would not ordinarily give much thought. Like Socrates, Jerry also assembles a band of followers who mimic his style of questioning and concern. George, Elaine, and Kramer feed into his observational questioning and humor."
Seinfeld tayang ketika AS baru saya selesai Perang Teluk, Uni Soviet ambruk dan Presiden Bill Clinton didera skandal Monica Lewinsky. Permulaan di masa absurditas pos-moderen yang sebelum diramalkan Jean Baudrillard, Gilles Deleuze, Jacques Derrida, Michel Foucault, Pierre-Félix Guattari, Fredric Jameson, Emmanuel Lévinas, Jean-François Lyotard, Richard Rorty, dan Slavoj Žižek menjadi kenyataan.
Bagi rakyat Amerika ketika mungkin Seinfeld seperti teman yang suka bercanda di ruang televisi rumah mereka. Teman yang suka bergurau dan melempar lelucon. Teman yang membantu melepas penat kehidupan sehari-hari.
Seinfeld membantu para penontonnya untuk berpikir hal-hal tidak penting sehari-hari membuatnya menjadi penting dan esensial. Hingga akhirnya mereka menemukan jawaban. Hal yang mereka pikirkan sama sekali tidak penting.
JERRY: Are you even vaguely familiar with the concept of giving?
There’s no grace period.
GEORGE: Well, didn’t he re-gift the label maker?
JERRY: Possibly.
GEORGE: Well, if he can re-gift, why can’t you de-gift? (“The
Label Maker”)
That’s the true spirit of Christmas, people being helped by people other than me. (“The Pick”)
The key to eating a black and white cookie, Elaine, is you want to get some black and some white in each bite. Nothing mixes better than vanilla and chocolate. And yet, still, somehow racial harmony eludes us. If people would only look to the cookie all our problems would be solved. (“The Dinner Party”)