US

Review Blockbuster Musim 1

Randall Park di Blockbuster. Sumber: IGN
Randall Park di Blockbuster. Sumber: IGN

Serial Blockbuster di Netflix siap memberikan cerita modern pada sisa budaya populer masa lalu. Serial drama komedi ini menekankan hubungan rumit para tokohnya di saat mereka berjuang mempertahankan relik budaya populer masa lalu.

Premisnya sama kuat dengan pertanyaan yang diajukannya: seperti apa rasanya bekerja di Blockbuster terakhir di Bumi? Rupanya seperti bekerja di toko barang antik bila Anda percaya interpretasi Netflix.

Serial ini menceritakan penderitaan Timmy Yoon (Randall Park), manajer Blockbuster yang harus berjuang mempertahankan tokonya setelah mengenai ia memimpin Blockbuster terakhir di Amerika. Jebakan modern seperti layanan streaming dan tidak adanya dukungan perusahaan menempatkan tekanan finansial pada bisnis.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Sejumlah rencananya mengumpulkan pelanggan hanya sedikit berhasil. Tapi ia juga dilanda berbagai masalah memalukan dan tuntutan hukum. Situasi ini tentu menyedihkan mengingat satu-satunya gairah hidup Timmy hanya terkait Blockbuster. Kecintaannya pada film dibayangi perasaannya pada pegawai dan teman masa remajanya Eliza (Melissa Fumero) yang sudah lama ia taksir.

Di episode-episode awal Blockbuster menjanjikan. Terinspirasi waralaba tempat sewa film terakhir yang tersisa. Serial ini menyentuh sentimen tentang kapsul waktu abadi – pengingat kolektif dari masa lalu yang beroperasi di masa sekarang.

Upaya para tokoh serial ini menjaga toko kuno mereka tetap hidup di dunia berbasis streaming sangat menarik. Terutama di tulis oleh Vanessa Ramos yang sukses dengan Brooklyn Nine-Nine. Sayangnya, Blockbuster gagal menunjukkan humor dari orang-orang yang mengalami kesulitan itu.

Mayoritas masalah yang muncul dalam10 episode adalah hal biasa. Seperti mendorong pelanggan berkung ke toko secara langsung, bukan berbelanja online, karyawan veteran yang kesulitan dengan apa pun yang berhubungan dengan aplikasi, masalah yang dihadapi remaja, kesulitan memutuskan siapa yang harus di PHK atau pengelolaan anggara yang salah.

Bahkan romansa "kantor", di mana cinta tak berbalas mengarah pada percakapan canggung dan lain-lain. Tidak satu pun dari dilema ini yang berkaitan dengan pengelolaan Blockbuster secara khusus.

Alih-alih bersandar pada situasi unik yang dialami para tokohnya serial fokus pada hubungan mereka rumit mereka. Ada saat-saat di mana para tokoh mengatakan ingin menonton film dari platform streaming bukannya menyewa film atau bagaimana toko dapat secara fisik menyatukan orang-orang sebagai suar komunitas.

Tetapi para tokoh jarang membahas gagasan tentang biaya keterlambatan pengembalian film, kaset film yang hilang, masalah rak, betapa banyak orang tidak memiliki pemutar DVD yang bukan konsol game, atau banyak hal yang berkaitan dengan layanan sewa di pasar saat ini.

Berita Terkait

Image

Archive 81 episode 2

Image

Archive 81 episode 2

Image

Archive 81 episode 1

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

0